NABI KHIDHIR SANG MAHAGURU LOGIKA (BAGIAN KEDUA) Kemampuan prediksi (“weruh sadurunge winarah”) adalah setengah ilmu. Setengah lainnya adalah keutuhan dan kejelasan eksplanasi.

Semua ilmuwan memiliki kesaktian “weruh sadurunge winarah” (tahu sebelum kejadian). Kesaktian semacam itu adalah kebiasaan seorang ilmuwan. Teknologi yang sekarang anda gunakan adalah bentuk konkret kesaktian tersebut.

Salah satu sosok yang sangat sakti di balik semua itu adalah Syaikh James Clerk Maxwell (1831-1879). Kesaktian beliau bukan kaleng-kaleng. Tidak ditambah-tambahi atau didramatisir. Terbukti sahih di mana pun dan kapan pun. Semua bisa menguji. Sampai saat ini.

Kesatuan eksplanasi – prediksi, atau teoretis – empiris, ditunjukkan oleh Nabi Khidhir dimulai sewaktu berkata kepada Nabi Musa:َ

إِنَّكَ لَن تَسۡتَطِیعَ مَعِیَ صَبۡرࣰا

QS.Al-Kahfi (18):67

Itu sebuah PREDIKSI. Weruh sadurunge winarah! Seperti Syaikh Maxwell, Nabi Khidhir menyampaikan prediksi dengan tegas dan terukur. Mengapa? Karena dibangun dengan alur argumentasi yang terang-benderang. Ilmu memang harus seperti itu, yaitu ibarat cahaya. Bukan malah membuat gelap.

Bagaimana postulat yang digunakan oleh Nabi Khidhir?

وَكَیۡفَ تَصۡبِرُ عَلَىٰ مَا لَمۡ تُحِطۡ بِهِۦ خُبۡرࣰا

QS. Al-Kahfi (18):68

“Anda bersabar” (تصبر) dan “anda tidak tahu kabar di balik kejadian” (لم تحط به خبرا) adalah dua hal yang saling melengkapi secara sempurna dan benar-benar terpisah. Ahli ilmu manthiq menyebut kondisi ini sebagai “مانع الجمع و الخلو” atau “قضية شرطية منفصلة حقيقية”.

Syaikh ‘Abdurrahman al-Akhdhary, dalam Sullamul Munauraq, mengungkap pola pikir tersebut sebagai berikut:

و منه ما يدعى بالاستثنائ

يعرف بالشرطي بلا امتراء

و هو الذي دل على النتيجة

او ضدها بالفعل لا بالقوة

Bagaimana pun teori harus diuji. Apakah pengalaman bersifat “utuh tak terbagi” dengan penjelasan?

*Ahmad Thoha Faz

NABI KHIDHIR SANG MAHAGURU LOGIKA (BAGIAN KEDUA)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *