“Salam. Prof, baru saja saya menyelesaikan rencana kuliah 900 menit Matematika Detik di prodi Tasawuf dan Psikoterapi UIN Walisongo.

Suatu kehormatan apabila Prof berkenan membaca dan memberi saran. “

Dini hari, setelah sekitar menggarap rencana perkuliahan Matematika Detik, saya mengirim pesan WhatsApp untuk mendapatkan umpan-balik. Termasuk kepada dua sosok guru besar matematika asal Indonesia yang kini tinggal dan mengajar di luar negeri. Profesor Agus Hasan Budiyanto di New York, Amerika Serikat. Profesor Hadi Susanto di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab.

Matematika Detik adalah pekerjaan dan penelitian mandiri. Bukan sebagai dosen atau peneliti di lembaga penelitian manapun. Fakta ini bahkan sering membuat kami sendiri tidak percaya, bahwa proses telah berlangsung belasan tahun. Terhitung sejak 2006, yaitu sebelum Titik Ba terbit pada Mei 2007.

Bagaimana pun, agar Matematika Detik dapat diterima sehingga bermanfaat seluas-luasnya, pengakuan lembaga resmi adalah penting. Kami pun berharap demikian. 2008-2014, kami sempat bekerja sama dengan Institute for Education Reform (IER) Universitas Paramadina. Belum sempat terumuskan detail-operasional, kerjasama terputus seiring wafatnya Utomo Dananjaya, direktur IER yang sekaligus pendiri Universitas Paramadina.

Ketidakpastian sangat tinggi. Kami hanya tahu bahwa ini adalah pekerjaan yang benar. Tapi kami selalu cemas, apakah pekerjaan ini akan tuntas?

Harapan mulai merebak kembali ketika penerbit besar, Intan Pariwara Group, tertarik menerbitkan Matematika Detik. Dengan telah berwujud buku, kami memiliki alasan untuk bergerilya menjalin kerja sama dengan sejumlah kampus. Ternyata “cara proaktif” lebih banyak gagal. Situasi sebaliknya justru lebih terjadi, civitas academica datang mengajukan kerja sama penelitian.

2018-2019 adalah momentum go national. Undangan tidak terduga berdatangan. Sebagian mengenal Matematika Detik melalui media sosial. Sebagian lagi melalui buku yang sudah terbit dan tersebar.

“Apakah akan diselenggarakan online, Ustadz? Saya juga tertarik untuk ikut duduk belajar di kelas.” Balasan dari Prof Hadi Susanto sungguh tidak terduga. Kuliah Matematika Detik nanti akan dihadiri guru besar matematika kelas dunia? Ini luar-biasa. Semoga menjadi momentum go international. Atau paling tidak mengokohkan reputasi Matematika Detik di Indonesia.

“Bagus sekali Mas Thoha. Salut. Semoga sukses perkuliahannya.” Jawaban Prof Agus Hasan Budiyanto sudah terduga. Respons beberapa jam sebelumnya yang tidak terduga. Tidak lama saya bercerita kedatangan 4 (empat) eksemplar Titik Ba, lulusan Fisika ITB ini langsung memesan untuk dikirim ke alamatnya di New York, Amerika Serikat.

*Ahmad Thoha Faz

PLUS-MINUS TERASING DARI “DUNIA KAMPUS”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *