Satu di antara pesan #TitikBa, berkaitan dengan tertib nalar, adalah untuk mengawali penalaran dari titik (paling) awal, yaitu “prima principia”. Berawal dari prima principia dan terus konsisten di dalam prima principia.

Contohnya bagaimana?

Perhatikan gambar gambar terlampir. Lihat baris terakhir. Berdasarkan prima principia, pastilah salah bahwa “negatif satu sama dengan satu”. Masalahnya di mana letak kesalahannya? Pada langkah (baris) ke berapa kesalahan terjadi?

Di bawah ini adalah penjelasan kunci dari Bung Sandy. Sebagai informasi, Bung Sandy adalah mitra saya dalam penyusunan #MatematikaDetik (MD) Level B “#Otak_Bukan_Kalkulator“.

“Pada dasarnya memang √(a/b) ≠ (√a)/(√b). Walaupun ada kasus √(a/b) = (√a)/(√b) yaitu ketika a ≥ 0 dan b > 0, tapi kasus khusus ini tidak berlaku umum.

Sama saja seperti a×a dan a+a yang pada dasarnya memang berbeda, walaupun ada kasus a×a = a+a yaitu ketika a = 0 atau a = 2, tapi kasus khusus ini tidak berlaku umum.

Kita lebih dahulu diberitahu bahwa √(a/b) = (√a)/(√b), padahal jelas berbeda. √(a/b) = (√a)/(√b) hanya terjadi pada kasus tertentu saja.”

Monggo diperiksa.

*Ahmad Thoha Faz

BERAWAL DARI DAN SELALU DALAM “PRIMA PRINCIPIA”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *