Kesalahpahaman adalah salah satu karunia Allahu ta’ala yang sering luput kita syukuri. Padahal kesalah-pahaman adalah sebuah “halte” dalam perjalanan menuju kepahaman.
Siapapun yang “salah paham” berarti telah memberi perhatian. Ingat, perhatian adalah sesuatu yang sangat langka sekaligus sangat berharga, sehingga sangat diperebutkan, di tengah era luapan informasi.
Beda kondisi kejiwaan mereka yang “salah paham” dibanding dengan yang “tidak peduli”. Jika dikuantifikasi, maka “tidak peduli” adalah nol. Bagaimana dengan “salah paham”? Bisa lebih dari nol atau negatif. Tapi santai saja, kecuali bagi segelintir, salah paham bernilai lebih dari nol. Bernilai positif!
Banyak yang salah paham, menganggap Matematika Detik identik dengan Test of Second Mathematics (ToSM). Maklum, ToSM adalah penampakan konkret.
Saya yakin banyak yang salah paham demikian. Tapi kita hanya menduga-duga, sampai kemudian ada yang memunculkannya. Dalam hal ini saya berterima kasih kepada Tajuddin Nur, seorang sahabat semasa di SMA Negeri 1 Tegal yang sempat mengungkapkan kebingungan.
Nah, dari kesalah-pahaman itulah tercetus untuk membuat diagram Matematika Detik. Terlihat jelas, bahwa ToSM adalah bagian kecil dari Level A, yaitu sebagai alat ukur, sekaligus diagnosis-terapi, kompetensi hitung dasar intuitif