Matematikawan, fisikawan dan kawan-kawan memahami peristiwa di pentas jagat raya sebagai pola bilangan dan geometri. Kering, tanpa emosi, tapi dari sekumpulan mantra bisu bernama persamaan terbangunlah gedung tinggi dan satelit yang membungkam jarak hanya sepanjang ruas jemari.
Sastrawan menikmati jatuhnya dedaunan, berkas cahaya masuk ke kamar tanpa permisi, sebagai puisi, sebagai rima, sebagai kata yang berirama, sebagai nada ketika seorang gadis ayu yang berjalan gontai dan terjatuh dari tangga.
Orang dungu melewatkan rentetan peristiwa sebagai keluhan dan serpihan acak yang mengganggu di jalan.
صم بكم عمي فهم لا يرجعون
Baru saja, seorang dosen menghimpun kata dari Titik Ba. Baru saja, seorang peraih medali perunggu dan perang ON MIPA menyampaikan kabar sedang membuat program olahdata, sebagai pengganti MS Excel menata data #ToSM.
#TitikBa yang melangit, mulai bergerak dari Pejaten, Jakarta. #MatematikaDetik yang membumi, menyongsongnya dengan berlari, dari Klaten, Yogya-Surakarta.
Apakah itu bukan puisi?