“Kekuatan terpenting sebuah perusahaan baru adalah pola pikir baru,” tulis Peter Thiel dalam ZERO TO ONE (2014). Tepat, sebenarnya itu yang ditawarkan oleh Matematika Detik: pola pikir baru.

Apa itu? Matematika sebagai sarana tazkiyatun nafs (penyucian jiwa). Matematika sebagai sarana menumbukan budaya inovasi atau pola pikir inovator. Itu yang terpikir sejak awal.

Bermula dari Titik Ba. Pada 2007, saya hendak merintis pola pikir bagi guru maupun pemuda di Kabupaten Tegal. Waktu itu saya mengajar seorang guru bahasa Inggris berprestasi untuk mitra.

Ternyata masih terlalu dini. Kami belum siap. Kami belum memiliki konsep orisinal yang ditumbuhkan dari Titik Ba. Masih terlalu kental pemikiran Edward de Bono, Tony Buzan dan sejumlah pemikir lainnya.

Tahun 2008, saya kemudian memiliki mentor yang luar biasa. Utomo Dananjaya, atau yang lebih dikenal sebagai “Mas Tom”. Dari beliau ini saya menjadi sangat peka dan peduli dengan detail-operasional sebuah gagasan.

“Aku tidak paham,” jawab Mas Tom singkat, melalui sms. Sekarang saya paham maksud Mas Tom. Pendiri Universitas Paramadina ini sedang mengarahkan saya pada detail-operasional.

Silih berganti sosok datang membuat konsep semakin matang. Sampai tercetus gagasan yang kemudian disebut “Matematika Detik”.

6 Februari 2015, berkat kebaikan beberapa sahabat, Matematika Detik muncul di halaman muka harian Suara Merdeka. Yang kemudian berlanjut diterbitkan oleh Aksarra Sinergi Media (Intan Pariwara Group).

Momentum penting, seorang sahabat di pulau Lombok bereksperimen dengan ToSM secara intensif. Berdasarkan pengalaman konkret ini dibuat ToSM versi Android. Sampai sekarang pembaca Titik Ba ini terus berkomitmen untuk mengembangkan ToSM on Android. Memang masih banyak yang bisa dikembangkan.

2018-2019, Matematika Detik benar-benar mencapai reputasi nasional. Matematika Detik diundang sejumlah organisasi bereputasi nasional: ITB, Madrasah Mu’allimin, Kemendikbud dan Kemenag RI. Matematika Detik juga dapat menghimpun bakat muda bereputasi nasional.

Perjalanan panjang. Tidak mudah untuk konsisten menggeluti gagasan bertahun-tahun. Perlu komitmen yang sangat kuat.

Selain itu pertumbuhan selama belasan tahun telah dan terus membentuk DNA Matematika Detik. DNA adalah keunikan yang sakral. Mereka yang merasa cocok, akan bergabung dan bahkan konsisten terus bertarung. Mereka yang tidak cocok dengan sendirinya mencolot.

*Ahmad Thoha Faz

“DNA” MATEMATIKA DETIK

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *