Pulang dari mengisi pelatihan #MatematikaDetik di Kemdikbud, 6 April 2019, saya dijemput dan diantar oleh Kristian Tarigan ke tempat bus Sinar Jaya. “Kalau tidak dapat bus, nanti KITA antar sampai Tegal,” kata seorang kepala sekolah internasional yang beralih menjadi pendiri dan pemilik
TAK MUDAH BERGANTI JALUR
Menulis artikel hingga dimuat di Kompas. Siapa tidak suka? Sewaktu dua sosok senior, Kang Andi Kustomo dan Pak Haryo Guritno, menyarankan saya untuk menulis artikel untuk Kompas, segera semangat di dada ini menyala-nyala. “Hentikan, atau minimal kurangi menulis di Facebook,”
TAK MUDAH BERGANTI JALUR
Menulis artikel hingga dimuat di Kompas. Siapa tidak suka? Sewaktu dua sosok senior, Kang Andi Kustomo dan Pak Haryo Guritno, menyarankan saya untuk menulis artikel untuk Kompas, segera semangat di dada ini menyala-nyala. “Hentikan, atau minimal kurangi menulis di Facebook,”
SEGALANYA SATU
“Pergeseran keseimbangan, Pak,” kata Kamal pada kuliah subuh kimia baru saja. “Aturannya banyak, (membuat) pusing dan bingung.” Setahun lalu, Kamal menggali ilmu di Jerman. Kembali ke Indonesia, kembali melanjutkan di kelas 12 SMA Negeri 1 Tegal dan kembali mengikuti kuliah
LUPAKAN SEMUA RUMUS, KEMBALILAH KE TITIK BA
Perhatikan soal nomor 1,2,3 dan 4. “Apa rumusnya?” Pertanyaan konyol yang rutin diajukan. Tentu saja tidak muncul tiba-tiba. Kekacauan dan kebodohan mendasar itu dibiasakan melalui proses mahal yang bernama pendidikan. “Saya tidak tahu,” saya jawab lugas. Bukan karena rendah hati
TIBA SAATNYA BICARA
#TitikBa (edisi pertama) memang terbit sejak 2007. Namun itu seolah terbit untuk diri sendiri. Baru setelah saya berusia 40 tahun, saya merasa Titik Ba dipahami. Sejak kali pertama terbit, beberapa kali saya mengisi materi Titik Ba. Tapi setelahnya saya merasa menyesal.