Perhatikan soal nomor 1,2,3 dan 4.
“Apa rumusnya?”
Pertanyaan konyol yang rutin diajukan. Tentu saja tidak muncul tiba-tiba. Kekacauan dan kebodohan mendasar itu dibiasakan melalui proses mahal yang bernama pendidikan.
“Saya tidak tahu,” saya jawab lugas. Bukan karena rendah hati lalu berbasa-basi, melainkan karena memang saya tidak tahu.
“Mari kita pahami setiap kata pada soal. Semua jawaban terkandung pada soal. Mari kita ekspresikan pikiran kita dengan gambar.”
Satu demi satu soal terpecahkan. Matanya berbinar.
“Wah, di sekolah kok kelihatannya rumit banget. Ada rumus ini, rumus itu.”
Menghafal rumus adalah tindakan yang lebih daripada sekadar bodor, itu sangat merusak.
“Jadi, apakah rumus tidak perlu?”
“Perlu. Rumus itu perlu tapi hanya pada saat kamu paham, sehingga rumus sejatinya tidak diperlukan.”
Kadang saya merasa lelah terus mengatakan, bahwa segalanya adalah satu, utuh tak terbagi dan sejatinya tidak ada. Semua rumus sejatinya tidak ada. Juga jagad raya ini sejatinya tidak ada. Itulah #TitikBa. Itulah #MatematikaDetik.
Sekarang, kami sedang fokus menanamkan Titik Ba pada pemecahan soal praktis. Terbayang spontan wajah Mas Tom (almarhum Utomo Dananjaya), pendiri Universitas Paramadina. Tepat demikian itulah yang kami cita-citakan, sejak sekitar 11 tahun silam.
Tidak mudah, tapi semoga kami tidak salah arah.
buy cheap lipitor atorvastatin 80mg oral order atorvastatin 20mg sale
purchase ciprofloxacin online – buy ciprofloxacin online cheap amoxiclav price
cipro 1000mg pills – buy myambutol without prescription cheap augmentin 1000mg
flagyl oral – oxytetracycline 250 mg sale azithromycin 500mg price
ciplox price – cheap ciprofloxacin 500 mg cost erythromycin
buy cheap generic valacyclovir – brand nateglinide 120mg zovirax over the counter
ivermectin 12 mg for humans – ciplox for sale order sumycin 500mg generic
buy generic flagyl online – cefaclor 500mg drug azithromycin 500mg ca