Sebenarnya saya agak pesimis dengan kesadaran bermatematika umat Islam. Sepertinya umat Islam ditakdirkan sebagai umat terbelakang, yang bahkan bangga dengan keterbelakangan dan keterjajahan.
Kecil bahkan tidak ada pahala (mubah), berat usaha, buat apa belajar matematika? Daripada mengulik satu rumus, lebih baik digunakan untuk membaca al-Quran. Bisa satu atau dua juz.
Umat Islam adalah 90 persen populasi bangsa Indonesia. Dugaan saya umat Islam yang tidak antusias dengan matematika lebih dari 90 persen. Bagaimana bangsa ini dapat maju jika rendah apresiasi pada kejernihan dalam bernalar?
Sedang menikmati pesimisme tiba-tiba tersentak fakta. Bahwa pendiri dan direktur AKDI (Akademi Kesadaran Diri Indonesia), Ustadz Ade Saputra, adalah lulusan al-Ahgaff, Hadhramaut Yaman. Demikian pula Ustadz Ghilman N S, ketua Yayasan Pondok Pesantren Darussalam, Kalibakung Kabupaten Tegal, adalah lulusan al-Azhar Mesir. Mereka adalah dua dari tiga mitra kami dalam penyebarluasan #MatematikaDetik, wa bil khusus #ToSM.
Optimisme kami menyala lebih terang daripada biasanya. Semoga demikian pula optimisme anda.
*Ahmad Thoha Faz