Peringatan ulang tahun biasanya lebih bersifat seremonial, bukan perenungan substansial. Bagi saya salah satu peringatan ulang tahun terbaik adalah 50 tahun Indonesia merdeka. Ada sesuatu yang menggetarkan jiwa dan mengudarakan harapan bangsa besar ini: pesawat N250.

Jelas itu bukan basa-basi. Apalagi sosok utamanya adalah BJ Habibie, menristek / kepala BPPT yang juga ketua umum ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia). Imtaq dan iptek menemukan momentumnya.

Sebenarnya saya tidak suka kesejajaran imtaq dan iptek. Kesejajaran menunjukkan bahkan menegaskan keterpisahan. Saya lebih suka terinspirasi oleh al-Qur’an, bahwa iman harus berbuah inovasi. Iman adalah sumber utama inovasi. Jika tidak, itu bukan iman melainkan kotoran yang layak dibuang dan ditimbun supaya bau busuknya tidak kemana-mana.

Bagaimana dengan peringatan 75 tahun Indonesia merdeka? Sungguh membanggakan apabila dijadikan kesempatan untuk mengaspalkan mobil Esemka. Seperti N250, Esemka adalah kebanggaan bangsa.

Itu nanti, tepatnya pada Agustus 2020. Lupakan sejenak SMK, kita berfokus pada ITB. Harapan kita ke ITB tentu saja jauh lebih besar daripada harapan kita ke SMK. Nah, 3 Juli 2020 ini ITB genap berusia 100 tahun.

Ulang Tahun 100 Tahun di Tengah Wabah Corona

Tidak banyak perguruan tinggi yang mendapat keistimewaan seperti ITB. Di tengah antusiasme menyambut usianya yang genap satu abad (1920-2020), Tuhan menghadirkan ke dunia sesuatu yang tidak terduga tapi dampaknya tidak terkira: wabah Corona. Sungguh terasa tema “inovasi untuk pertumbuhan berkelanjutan” menemukan momentumnya yang sungguh dahsyat.

Inovasi menuntut pola pikir yang tidak biasa. Inovasi berarti menantang status quo, karena meyakini apapun bisa diubah dan diperbaiki. Sayang sekali proses itu tidak mudah. Manusia, tidak berbeda dengan benda bermassa lainnya, cenderung mematuhi hukum inersia. Kita tidak mudah berubah.

Perubahan pola pikir menjadi mudah berubah, menemukan terobosan, ketika lingkungan berubah secara ekstrem. Wabah Corona telah dan sedang melakukan hal itu. Nah, bagaimana sikap ITB? Kita berharap slogan “inovasi untuk pertumbuhan berkelanjutan” bukan hanya untuk menghiasi spanduk saja.

Bagaimana anda sendiri?

Matematika Detik adalah tentang inovasi. Saya tidak bermaksud mencocok-cocokkan, baca dan periksa sendiri bukunya. Namun, kami tidak ingin masyarakat mendengar ucapan kami tentang inovasi. Kami berharap masyarakat melihat tindakan kami tentang inovasi.

ToSM adalah bentuk kasatmata dari semangat dan gagasan inovasi. Hampir mustahil kami dapat menunjukkannya di Jalan Ganesha 10 Bandung, padahal antusiasme kami membuncah. Baiklah di sini saja kami bercerita, sebagai wujud konkret dukungan kami pada peringatan 100 tahun kampus tercinta. Inovasi untuk pertumbuhan berkelanjutan!

Besok, insya Allah, kami melakukan gladi resik untuk webinar pelatihan terapi berantas gagap hitung dengan host di Semarang, Jawa Tengah. Acaranya sendiri pada Ahad, 5 Juli 2020. Bukan hanya di Semarang, acara serupa dengan nuansa berbeda segera menyusul pula dengan host di Medan, Sumatera Utara. Itu tanda bahwa kami, sebagai alumni Ganesha 10, tidak hanya berucap tentang inovasi. Kami bertindak.

Apa itu inovasi? Berbeda dengan penemuan (invention), inovasi lebih merupakan istilah sosial ekonomi yang menggambarkan kebutuhan pasar atas sesuatu yang bersifat baru dan berguna bagi pengguna akhir. Inovasi karena itu selalu berorientasi “market focused” (Zuhal, 2013). Sebentar lagi ToSM memenuhi kriteria untuk disebut inovasi. Bismillah.

Untuk Tuhan, Bangsa dan Almamater!

*Ahmad Thoha Faz (NIM 13499099)

100 TAHUN ITB (1): PANDEMI CORONA MEREBAK PADA SAAT YANG TEPAT

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *