Ahmad Thoha Faz
Plato?
Plotinus?
Ibnu ‘Arabi?
Banyak orang mengaitkan #TitikBa dengan gagasan mereka. Tentu saja saya pernah mendengar mereka, filosof terkemuka. Namun, Titik Ba tidak merumuskan berdasarkan buah pemikiran mereka.
Karya filsafat yang sering saya baca malah eksistensialisme! Itu pun dari buku kecil karya Prof Fuad Hassan. Yang saya baca sambil menekuni pekerjaan sebagai guru honorer (1998-1999).
Oleh karena itu, saya terkejut sekaligus senang dengan adanya kesesuaian dengan karya sejumlah pemikir besar. Apalah saya, yang waktu Titik Ba terbit hanya seorang sarjana ITB yang luntang-lantung.
Titik Ba lahir sebagai buah pergolakan dan perdebatan, terutama saat saya dropout dari SMA Ihsaniyyah Kota Tegal. Sebuah ambisi atau obsesi atau apapun untuk menemukan satu titik untuk memandu segala-galanya, baik ketika membaca aksara maupun semesta.
Titik Ba: segalanya satu, utuh tak terbagi dan sejatinya tidak ada.