BISAKAH PENEMU MATEMATIKA DETIK BERHITUNG CEPAT SEPERTI YANG DIKHOTBAHKAN?

Apakah keterampilan membaca angka secepat membaca kata adalah kemampuan elitis, dalam arti hanya mudah dikuasai oleh segelintir manusia? Sebelum menjawab, mari kita tengok ruang kelas di salah satu SD swasta di Belitung, yang diangkat ke dalam novel terlaris Laskar Pelangi (2005).

“13 kali 6 kali 7 tambah 83 kurang 39!” tantang Bu Mus di depan kelas.

Lalu kami tergopoh-gopoh membuka karet yang mengikat segenggam lidi, untuk mengambil tiga belas lidi, mengelompokkannya menjadi enam tumpukan, susah payah menjumlahkan semua tumpukan itu, hasilnya kembali disusun menjadi tujuh kelompok, dihitung satu persatu sebagai total dua tahap perkalian, ditambah lagi 83 lidi lalu diambil 39. Otak terlalu penuh untuk mengorganisasi sinyal-sinyal agar mengambil tindakan praktis mengurangkan dulu 39 dari 83. Menyimpang sedikit dari urutan cara berpikir orang kebanyakan adalah kesalahan fatal yang akan mengacaukan ilmu hitung aljabar. Rata-rata dari kami menghabiskan waktu hampir selama 7 menit. Efektif memang, tapi tidak efisien, repot sekali.

Sementara Lintang, tidak memegang sebatang lidi pun, tidak berpikir dengan cara orang kebanyakan, hanya memejamkan matanya sebentar, tak lebih dari 5 detik ia bersorak.

“590!”

Tak sebiji pun meleset, meruntuhkan semangat kami yang sedang belepotan memegangi potongan lidi, bahkan belum selesai dengan operasi perkalian tahap pertama. Aku jengkel tapi kagum. Waktu itu kami batu masuk hari pertama di kelas dua SD!

“Superb! Anakk pesisir, superb!” puji Bu Mus. Beliau pun tergoda untuk menjangkau batas daya pikir Lintang.

“18 kali 14 kali 23 tambah 11 tambah 14 kali 16 kali 7!”
Kami berkecil hati, termangu-mangu menggenggami lidi, lalu kurang dari tujuh detik, tanpa membuat catatan apa pun, tanpa keraguan, tanpa ketergesa-gesaan, bahkan tanpa berkedip, Lintang berkumandang.

“651.952!”

Apakah anda yakin bahwa jawaban Lintang itu benar? Silakan anda periksa. Penemu Matematika Detik—yakni saya—perlu menggunakan kalkulator untuk memastikan bahwa jawaban itu benar. Mungkin karena tidak berbakat, tapi yang jelas faktanya saya selalu sebisa mungkin menghindari perhitungan rumit secara manual. Tidak ada masalah sama sekali, Matematika Detik memang tidak anti kalkulator. Bahkan untuk perhitungan serumit itu sebaiknya menggunakan mesin hitung canggih tersebut. Jadi, Matematika Detik khususnya Level A: Baca Angka Secepat Baca Kata itu apa?.

Baca Angka Secepat Baca Kata

Menyebut nama Matematika Detik banyak pihak spontan mengaitkannya dengan Lintang atau tokoh lain serupa itu. Saya sering dikirimi video bertema kemampuan hitung luar biasa semacam itu. Tampak jelas bahwa Matematika Detik disalahpahami sebagai matematika elitis, yang hanya untuk segelintir siswa pecinta matematika. “Matematika saja susah, apalagi Matematika Detik,” demikian prasangka yang sering kami dengar. Tentu saja pendapat semacam itu sangat bertolak belakang dengan rekam jejak dan konsep Matematika Detik.

Justru kebalikannya, seperti membaca dan menulis, Matematika Detik khususnya Level A berkaitan dengan keterampilan dasar yang mau-tidak-mau seharusnya dikuasai oleh setiap siswa, apapun kecenderungan bakatnya. Bukankah seniman, olahragawan, pedagang dawet atau profesi manapun seharusnya menguasai hitung dasar?

Sederhananya, Matematika Detik khususnya Level A adalah matematika rakyat, matematika untuk semua, bukan matematika yang elitis. Matematika Detik adalah matematika yang manusiawi, memperhatikan kodrat sebagian besar manusia dan kodrat manusia seutuhnya yang memiliki perasaan bukan hanya pikiran. Sebagai contoh, dalam kegiatan TOSM (yakni bagian dari Level A) kenyamanan dan kesiapan lahir-batin sangat penting. Apalagi mereka yang paling tidak menyukai angka dan olah angka (berhitung), yang frustasi dengan matematika dan ilmu eksakta lainnya, justru adalah mereka yang paling membutuhkan TOSM. Mereka hampir semuanya tidak percaya diri dan alergi angka—kecuali duit.

Oleh karena itu, sebelum masuk materi TOSM, ketergugahan emosi, konsentrasi penuh dan kepercayaan diri mereka sangat penting. Jika tidak, mereka akan tertidur atau kabur pada hari pertama dan kapok selamanya.

Bisakah Penemu Matematika Detik Berhitung Cepat Seperti Yang Dikhutbahkan?
Tag pada:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *