INI SAAT YANG TEPAT BAGI SEKOLAH UNTUK HANCUR LEBUR ATAU MENGHANCURKAN DIRI
Hampir tiga bulan tidak masuk sekolah, membuat pengetahuan dan keterampilan anak-anak bertambah. Royhan Oka (kelas 8 SMP) semakin mahir mengedit video dan menjadi Youtuber.
Adiknya, Abim (kelas 3 SD) semakin tertarik pada sains dan teknologi. Hari ini dia sedang belajar cara kerja otak. Jauh lebih efektif daripada duduk-dengar di dalam kelas. Terkait pengalihan pengetahuan Youtube jauh-jauh lebih baik daripada ruang kelas.
Tinggal yang diperlukan Abim adalah gambaran besar, pengalaman langsung, thinking skill, umpan-balik dari pembimbing dan sosialisasi bersama teman sebaya. Itu yang tidak bisa diberikan Youtube.
Seperti kata Mas Tom (almarhum Utomo Dananjaya), “Sekolah selalu ketinggalan zaman”. PISA membongkar persekolahan yang jalan di tempat. Wabah Corona menyingkap persekolahan yang tidak tanggap. Ini saat yang tepat bagi sekolah untuk hancur atau menghancurkan diri, lalu tumbuh sekolah yang benar-benar baru. Penghancuran tatanan lama untuk penciptaan tatanan baru. Tatanan baru, sekolah baru.
Semoga sekolah baru bukan sekadar mengikuti perubahan, melainkan memulai perubahan. Sekolah bukan tempat pengetahuan dialihkan, melainkan imajinasi dinyalakan. Sekolah seharusnya adalah lokomotif bukan sekadar gerbong peradaban.