“Sebuah karya yang luar-biasa. Selamat ya Mas,” kata rektor ITB, Prof.Dr.Ir. Kadarsah Suryadi,DEA setelah membaca Matematika Detik (MD) seri ke-1.
Rektor dari perguruan tinggi yang telah mendidik Bung Karno dan BJ Habibie itu tentu saja tidak asal bicara. Matematika Detik (MD) adalah karya intelektual yang solid, tajam dan revolusioner. Sebenarnya serpihan yang menyusun gagasan Matematika Detik sangat sederhana, hanya selama ini terlewatkan. Begitu membaca, semua pembaca yang cermat, seperti halnya rektor ITB, akan tersentak. MD adalah bagaimana kita berpikir dan mencipta, bukan sekadar tentang bagaimana bermatematika.
Matematika Detik (MD) adalah karya Ahmad Thoha Faz, warga asli kelahiran Tegal, seorang mantan pangon sapi dan penjual susu keliling yang menjalani pendidikan formal tertatih-tatih. Dan ternyata MD bukan karya pertama yang menggegerkan ITB, sebuah kampus yang dipandang kumpulan bakat intelektual terbaik bangsa ini. Buku sebelumnya, “Titik Ba: Paradigma Revolusioner dalam Kehidupan dan Pembelajaran” (Mizan Pustaka, 2007), juga mendapat apresiasi khusus dari rektor ITB saat itu, Prof.Dr.Ir.Djoko Santoso,MSc—selain sejumlah tokoh nasional lainnya, termasuk pimpinan PBNU dan PP Muhammadiyah. “Sebuah karya yang impresif,” kata rektor ITB yang kemudian menjabat dirjen dikti itu. Begitu terbit, Profesor Djoko Santoso membagikan secara merata ke seluruh pimpinan fakultas/sekolah di ITB.
Di Kabupaten Tegal, sang bupati saat itu, H Agus Riyanto SSos MM, menyambutnya dengan peluncuran dan bedah buku yang mungkin terbesar sepanjang sejarah Tegal, 25 Juli 2007, di Klonengan Margasari. Momentum bersejarah itu menandai proses pembumian Titik Ba khususnya sebagai paradigma revolusioner dalam pembelajaran.
Atas dorongan bupati dan sekretaris daerah Kabupaten Tegal saat itu, Thoha mendaftar dan akhirnya menjadi PNS, Januari 2010 . Misi utamanya membumikan Titik Ba di Kabupaten Tegal sehingga bermanfaat nyata bagi reformasi pendidikan.
Suatu keberuntungan. Titik Ba dibaca seorang ketua PBNU, yang kemudian menceritakannya kepada Utomo Dananjaya (pendiri Universitas Paramadina), yang ketika itu menjabat direktur IER (Institut for Education Reform). Tidak tanggung-tanggung, pada 2009, Utomo lalu mengadakan seminar khusus Metode aRTi (turunan Titik Ba, cikal bakal Matematika Detik), dan mengundang sejumlah tokoh nasional, seperti Profesor Yohanes Surya, Teguh Juwarno, dan sejumlah tokoh lain yang sering muncul di tivi.
“Tegal? Dunia, dong!” kata Utomo Dananjaya (almarhum) dengan nada marah mendengar target Thoha yang terlalu kerdil: menaklukkan Tegal.
10 tahun kemudian, terhitung sejak Momentum Klonengan, 2007-2017.
Berbeda dengan Titik Ba yang melangit, yang mengajak pembaca berpikir, Matematika Detik (MD) sebagai terusan dan terjemahannya adalah karya yang membumi, diperkaya dengan banyak anekdot dan contoh nyata, mengajak pembaca bergerak dan mengubah. Terbit pada pertengahan Maret 2017, Ahmad Thoha Faz, yang merupakan lulusan Teknik Industri ITB, bersama dengan PPMD (Perhimpunan Pengembangan Matematika Detik), langsung mengeksekusi strategi “mengakar di Tegal, menjalar/menyebar ke seluruh Indonesia.”
100 hari (14 Maret-22 Juni 2017), strategi itu mulai terlihat buahnya nyata. Matematika Detik (MD) semakin mengakar di Tegal. Tentu saja peluncuran Matematika Detik sebagai salah satu acara utama MUSRENBANG Kabupaten Tegal, oleh wakil bupati Hj Umi Azizah, 30 Maret 2017, adalah momen sangat penting. Saat ini sejumlah kampus lokal mulai bergerak menyambut dan mendukung Matematika Detik: Universitas Pancasakti (UPS), STKIP NU Slawi dan Universitas Peradaban Bumiayu. Juga, dua ormas terbesar: NU dan Muhammadiyah. Juga sejumlah organisasi pemuda: HMI dan PII. Juga sejumlah sesepuh GMNI.
Salah satu terapan Matematika Detik (MD), khususnya Level A “Baca Angka Secepat Baca Kata”, adalah sebuah instrumen aplikatif yang bernama TOSM (Test of Second Mathematics). Saat ini, ribuan siswa telah menikmati TOSM, termasuk sejumlah sekolah favorit di Kabupaten Tegal: SMA Negeri 1 Slawi, SMP Negeri 1 Slawi dan SDIT Usamah Kota Tegal.
TOSM, insya Allah, akan menyebar lebih merata di Tegal, khususnya Kabupaten Tegal. Pada kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) 2017, rencananya 1200-an peserta akan mendapat pembekalan singkat tentang Matematika Detik. 500-an di antara mereka, yakni yang akan diterjunkan di wilayah Kabupaten Tegal, akan dilatih lebih lanjut supaya bisa menjadi instruktur TOSM level pemula. Di jalur lain, dengan dukungan Pemerintah, NU dan Muhammadiyah, ribuan guru di seluruh Tegal diharapkan telah mengenal Matematika Detik (MD) pada akhir tahun 2017 ini.
Ilmu bersifat universal. Gagasan tidak boleh lokal. Memang, Matematika Detik (MD) diterbitkan oleh penerbit nasional terkemuka PT Aksarra Sinergi Media (PT Intan Pariwara Group). Tidak bisa tidak, Matematika Detik (MD) saat ini tersebar dan akan terus tersebar ke seluruh Indonesia, bahkan dunia. Tidak bisa tidak, Matematika Detik yang direncanakan diterbitkan ke dalam 5 seri (pentalogi) akan menjadi sarana promosi Tegal, khususnya Tegal sebagai laboratorium besar sebuah gagasan pendidikan revolusioner, yang sangat berdaya.
Saat ini, banyak orang berdatangan ke Tegal, dengan niatan khusus belajar Matematika Detik (MD). Mereka datang dari Palembang, Bandung, Yogyakarta, Jakarta, dsb. Seorang dosen UI menyatakan siap membawa rombongan dari Jakarta rutin ke Tegal. Seorang dosen ITB menyatakan ketertarikan untuk membawa rombongan mahasiswa ITB belajar Matematika Detik di Tegal.
Poros utama Matematika Detik insya Allah tidak akan bergeser dari Tegal, kabupaten dan kota. Siapapun yang hendak mendalami, silakan berkunjung ke Tegal. Seperti yang telah dilakukan oleh seorang eksekutif dari PT PUSRI. Dari kunjungan itu pula, TOSM saat ini mulai diterapkan di Palembang, didukung oleh komunitas alumni ITB Sumatera Selatan.
Matematika Detik (MD) adalah gagasan yang terus berkembang. Suatu kesengajaan, sejak awal PPMD menjalin hubungan dekat dengan kampus. Saat ini sudah ada 2 (dua) skripsi tentang Matematika Detik yang telah diselesaikan: dari Pendidikan Matematika UPS dan PGSD UNNES. Saat ini, 4 (empat) mahasiswi PTIK (Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer) UNNES sedang kerja praktek melakukan digitalisasi Matematika Detik. Saat ini, seorang mahasiswa ilmu sejarah UGM, mantan ketua KASTA GAMA (Keluarga Mahasiswa Tegal Gadjah Mada), telah membuat biografi penemu Matematika Detik sebagai tugas kuliah. Saat ini, dosen ilmu komputer UI, mantan ketua SINTESA (Satu Ikatan Tegal Bersaudara), sedang membuat TOSM versi online. Saat ini seorang mahasiswa pascasarjana ITB sedang mengerjakan tesis tentang TOSM. Saat ini, wakil dekan SBM ITB, tertarik untuk bekerjasama mengembangkan Matematika Detik khususnya TOSM.
Masih banyak lagi. Saat ini, di saat menunggu malam yang lebih baik daripada 100 bulan, buku Matematika Detik baru berusia 100 hari. Saat ini baru buku seri ke-1 yang terbit.
Mohon doa dan dukungan, untuk Tegal dan Indonesia yang lebih baik. Karena gagasan, bukan yang lain, itulah yang mengubah peradaban.
Jika tertarik memiliki buku Matematika Detik (MD) silakan hubungi 085786484830 (PPMD). Semoga bermanfaat, semoga menjadi amal jariyah.
100 HARI MATEMATIKA DETIK (14 MARET-22 JUNI 2017)
SATU TAHUN PPMD (22 JUNI 2016-2017)