Matematika sudah tercipta sebelum jagad raya ada. Matematika adalah bahasa atau ucapan Tuhan (كن) sebelum jagad raya mewujud (فيكون). Matematika adalah ditemukan, bukan diciptakan, oleh manusia.

Pi = 3,1415… atau 0 (nol), atau nisbah emas = 1,618 … atau e = 2,71828… telah ada jauh sebelum ada Pythagoras, bahkan sebelum ada jagad raya. Matematikawan hanya menemukan, bukan menciptakan matematika.

Di mana matematikawan menemukan serpihan matematika? Di mana anda menemukan bilangan, garis dsb?

Di realitas fisik? Tidak. Realitas fisik, yang dicerap melalui pancaindera, hanya pemicu atau penanda. Matematika itu sendiri sudah ada dalam diri manusia.

Satu kambing, satu tusuk sate, memang ada di dunia fisik, tapi “satu” bersifat spiritual. “1” adalah simbol visual dari satu, bukan satu itu sendiri.

Jadi, sangat berbahaya jika guru ‘mengajarkan’ matematika. Seperti menyuruh anak menghapal rumus, dsb. Matematika tidak boleh dibebankan dari luar. Matematika yang sehat hanya bisa dibangkitkan dari dalam.

Guru hanya memperkenalkan simbol atau penanda. Maknanya si anak harus menemukannya sendiri (dengan bantuan guru) dari dalam. Percayalah, semua anak bisa matematika. Jadi, masalahnya, adalah bagaimana mengungkapkannya dalam bahasa tulis.

Salah satunya adalah simbol “=” (sama dengan). “Sama dengan” adalah “sama dengan”. Sangat sederhana, dan memang begitu. Tapi faktanya kadang bisa sampai berbulan-bulan untuk membiasakan kebenaran matematis tersebut. Dan ini SANGAT FUNDAMENTAL!

Banyak siswa SMA, bahkan mahasiswa, bahkan sarjana, tidak paham bahwa sama dengan adalah sama dengan. Anda tentu saja tidak termasuk di dalamnya.

#TitikBa: segalanya satu, utuh tak terbagi dan sejatinya tidak ada.

Tidak ada teks alternatif otomatis yang tersedia.
“SAMA DENGAN” ADALAH “SAMA DENGAN”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *