Kalau bisa dituliskan, mengapa tidak bisa digambarkan? Gambar, gambar, gambar! Saya selalu gregetan mengingatkan siswa untuk mem-visual-kan apa yang dia pikirkan.

Tidak terkecuali, segelintir siswa paling cemerlang di Tegal, mereka “enggan” berpikir visual. Enggan, karena mereka tidak terbiasa. Sebagai contoh, saya kaget, bahkan di bab lingkaran, sama sekali tidak ada gambar lingkaran. Ternyata setelah saya periksa, di buku cetak juga tidak ada gambar lingkaran. Hanya rumus-rumus yang berjibun.

Hari ini, saya sungguh bahagia. Tatkala menjawab berapa nilai sinus 45, seorang siswa tidak lagi mengingat-ingat tabel trigonometri. Dia menggambar persegi. Tatkala menjawab berapa nilai sinus 90, lagi-lagi dia menggambar.

Alhamdulillah, setelah empat kali pertemuan kebiasaan berpikir visual telah terbentuk.

VISUAL THINKING

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *