Apa hal yang paling asyik dalam bermatematika? Pertanyaan ini memiliki jawaban hampir serupa: ketika dapat memecahkan soal yang sebelumnya tampak mustahil dipecahkan. Kompetisi matematika adalah ajang untuk menyalurkan keasyikan jenis ini.

Itu adalah tentang matematika. Bagaimana dengan Matematika Detik? Apa hal yang paling asyik dalam bermatematika detik?

#MatematikaDetik tidak tertarik dengan kompetisi. Bukan karena kompetisi itu tidak bagus, melainkan kami berfokus pada sesuatu yang lain: intuisi. Kami lebih tertarik dan asyik ketika sebanyak-banyaknya manusia dapat menikmati dan memahami matematika. “Oh ternyata cuma begitu, kenapa tidak terpikirkan?”

2006, ketika kami memulai merumuskan Matematika Detik, motivasi kami dilandasi pengalaman pribadi saya. Selain pendidikan formal yang terseok-seok, adalah pengalaman sewaktu menjadi guru honorer di MI Assalafiyah Kemanggungan (1998-1999). Dihadapkan wajah-wajah lugu anak-anak, terbersit pertanyaan kuat: untuk apa mereka belajar matematika?

Sekarang kami dapat menjawab dengan keyakinan: bahwa matematika adalah sarana untuk penyucian jiwa (tazkiyatun nafs) melalui pembiasaan mengungkapkan kejernihan nalar. Matematika adalah sarana bagaimana supaya iman berbuah inovasi (امنوا و عملوا الصلحت).

Seperti menghapal 30 juz al-Quran, belajar matematika memerlukan ketekunan dalam jangka panjang. Bedanya, menghapal al-Quran kita perlu memerhatikan bunyi dengan teliti, sedangkan belajar matematika perlu menyadari kejernihan nalar dengan cermat.

Matematika adalah seumpama program yang telah terpasang pada setiap diri manusia sejak lahir, sehingga tidak mungkin ada orang yang bisa mengajarkan matematika. Tugas orang yang lebih duluan lahir adalah menggelitik dan menemani supaya si anak tergugah untuk mengungkap kejernihan nalar mereka. Dalam hal ini, apapun yang muncul spontan dari jiwa bersih mereka harus didengar. Itulah Matematika Detik.

Seandainya umat Islam, yang merupakan sebagian besar populasi Indonesia, mau menjadikan matematika sebagai sarana tazkiyatun nafs! Seharusnya memang demikian.

Tahun ini, terhitung 14 tahun sudah kami telah menekuni Matematika Detik. Itu tepat sama dengan usia remaja yang membuat logo terbaru PPMD (Pusat Pengembangan Matematika Detik), yaitu anak kami yang pertama.

MATEMATIKA DETIK, APAKAH TERMASUK PERTANYAAN KUBUR?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *