Mendapat kabar dari pendiri Sekolah Juara di Makassar, Mbak Maya Priana. Ada cerita tentang saya di buku LIFE PLAN karya Master Darmawan Aji. Senang sekali. Beliau adalah adik kelas semasa di SMA Negeri 1 Kota Tegal.

Tapi saya perlu menyampaikan klarifikasi. “Ikigai” saya bukan matematika. Saya juga tidak hebat dalam matematika. Apa yang sampaikan adalah fakta, bukan karena rendah hati.

Matematika saya hanya jago kandang. Tidak ke mana-mana, hanya di Tegal.

Prestasi terbaik saya adalah mengerjakan tes sumatif kurang dari 20 menit, dengan hasil sempurna dan satu-satunya di Kota Tegal. Sampai-sampai guru matematika menyempatkan diri menulis di lembar jawab, “Walaupun kamu pinter sundul langit, jangat sombong!!!”

Tegas, lugas, bahwa saya bukan ahli matematika. Bagaimana tidak hebat dalam matematika sok-sokan menulis Matematika Detik bahkan hingga sampai direncanakan lima seri?

Matematika Detik hanya salah satu detail-operasional Titik Ba. Ikigai saya adalah Titik Ba. Saya menulis buku yang mengandung judul matematika justru karena merasa bodoh dan dibodohi oleh matematika dan apa yang diajarkan di sekolah.

Saya sering tersiksa dengan begitu banyak simbol dan istilah. Saya yakin mereka yang terintimidasi dengan matematika bukan saya. Bahkan mungkin sebagian besar populasi manusia.

Saya tidak basa-basi. Keterpecahan ilmu adalah benar-benar tidak masuk akal. Bagaimana mungkin ilmu bisa tercerai-berai? November 1994, saya dropout dari SMA terutama karena tersiksa betapa basa-basi dan begitu dangkal apa itu sekolah. Maklum, seorang remaja.

“Sakit hati” saya dengan keterpecahan ilmu itu sangat membekas. Ketika masuk sekolah lagi, di SMA Negeri 1 Tegal, sakit hati itu tidak sepenuhnya sembuh.

Saya menempati peringkat ketiga siswa yang paling bermasalah. Ketika dua lainnya dikeluarkan, saya peringkat pertama tanpa lawan.

Memasuki kelas 3 SMA, dalam satu tahun tercatat 51 hari saya absen. Beruntung, nilai-nilai tes sumatif yang masih tertinggi di Kota Tegal menyelamatkan saya. Jadi, sakit hati terbesar saya adalah pada keterpecahan kesadaran. Keterpisahan realitas. Entah, siapa yang memulai kebohongan dan kebodohan tersebut.

Saya bertahan selama 25 tahun hingga saat ini karena merasa tersembuhkan dan tercerahkan dengan Titik Ba. Kepada siapapun yang mengalami masalah serupa semoga Titik Ba bermanfaat.

Wallahu a’lam.

IKIGAI

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *