Setelah Titik Ba terbit, fokus utama berikutnya adalah merumuskan metode berpikir kreatif. Banyak metode berpikir, tapi TAK ADA yang:

1. menggunakan materi pelajaran sekolah sebagai media pembelajarannya, dan

2. dirumuskan berdasarkan gagasan Titik Ba.

Setelah 10 tahun, dari 2007 sampai 2017, akhirnya muncul Metode aRTi (MRT). Termasuk dalam proses tersebut 6 tahun dirumuskan bersama Mas Tom (almarhum Utomo Dananjaya).

Namun, MRT masih kurang praktis. Akhirnya banting setir merumuskan Matematika Detik, yang direncanakan terdiri dari 4 level (A, B, C, D).

Matematika Detik, saat ini yang tersedia lengkap baru Level A, perlu dibuat lebih detail- operasional lagi. Maka tercetuslah instrumen yang disebut ToSM (Test of Second Mathematics). Saat ini dalam bentuk aplikasi digital telah digunakan lebih dari 50.000 pengguna.

Bagaimana dengan MRT? Terabaikan selama belasan tahun. Sampai kemudian datang seorang pemilik yayasan sekolah ternama bercerita tentang MRT. Saya pun lalu diminta mengisi pelatihan MRT dan Matematika Detik setiap pekan.

Baru saja ada kabar lain. MRT insya Allah menjadi materi workshop thinking skill pada Festival Sains Nasional (FSN), di Lembang, Bandung, 25-27 April 2025.

METODE aRTi (MRT), 17 TAHUN MENUNGGU DIMENGERTI
Tag pada:    

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *