Diskusi Titik Ba telah dilakukan di Jember, Jawa Timur, bersama ketua RMI PBNU, pada 19 Januari 2025. Saya harus terbang dari Palembang, Sumatera Selatan, menempuh jarak sekitar 1.500 kilometer, untuk sampai di Pesantren Bahrul Ulum, Silo, Jember.
Mungkin akibat “kurang Aqua”, sempat tersesat. Alhamdulillah akhirnya sampai juga, dan sambutan hadirin luar-biasa. Sangat terasa betapa jauh lebih mudah memperkenalkan Titik Ba sekaligus bahaya Aqidah Korslet ketika hadirin bersikap terbuka dan antusias terhadap sains dan matematika.
Diskusi Titik Ba berikutnya, insya Allah segera diadakan di Kajen, Pati, Jawa Tengah, bersama ketua LBM PWNU Jawa Tengah. 100 eksemplar Titik Ba sudah meluncur di sana.
Baru saja mendapat kabar, untuk segera diadakan diskusi Titik Ba di Masjid Salman ITB. Besok pagi, insya Allah 100 eksemplar Titik Ba segera meluncur ke sana.
Berdebat di media sosial itu penting. Tapi itu semua sekadar provokasi, sehingga Aqidah Korslet tidak menjadi satu-satunya pilihan bagi umat Islam. Masih ada pilihan lain, khususnya bagi umat Islam yang bersikap terbuka dengan logika, matematika dan sains.
Tulisan saya tertuju khususnya kepada sesama pecinta al-Qur’an sekaligus peminat logika, matematika dan sains. Betapa berat menerima aqidah yang menjungkir-balikan PEMBUKTIAN, padahal itulah fondasi logika, matematika dan sains.
Dengan menyadari bahwa Aqidah Korslet itu bukan merupakan bagian dari ajaran Islam, betapa menenangkan jiwa. Sebaliknya, aqidah seharusnya menjadi fondasi kehidupan di sini saat ini (في الدنيا حسنة), termasuk juga panduan utama dalam berpikir dan membaca alam semesta, bukan sekadar tentang perebutan klaim kavling surga.

