Pada malam, besoknya peringatan hari pendidikan nasional tahun 1999, kami merintis MAKIYAH (Madrasah Kuliah al-Islamiyyah) bertempat di Majlis Ta’lim Mambaul ‘Ulum yang diasuh oleh mahaguru Titik Ba, yaitu bapak kandungku Ustadz Zainuddin Shiddiq. Dengan suara syahdu 30 santri setara SMP, 99 asmaul husna bergaung di Majlis Ta’lim.
Pada malam itu, setelah perintisan MAKIYAH, berpamitan ke bapak dan emak, hendak pergi ke Bandung. Memantik kembali asa kuliah di ITB, setelah tahun sebelumnya gagal mengikuti UMPTN karena sakit.
Pada 1998, setelah mendaftar UMPTN di Bandung, sakit tak tertahankan sehingga aku memutuskan pulang ke Tegal. Dini hari sampai di rumah, tiba-tiba emak berlari dari dalam memelukku. Ternyata malam itu adik perempuan satu-satunya yang tersisa meninggal dunia.
Aku tak mungkin melupakan tanggal itu. Yaitu 8 Juni. Tepat pada tanggal itu pula, 8 Juni 638, Rasulullah meninggal dunia.
Aku anak kedua dari tujuh bersaudara. Ada dua perempuan, yang semua meninggal dunia. Siti Lamkhatun pada 20 April, Siti Isti’anah pada 8 Juni. “Itu tanggal lahir dan wafatnya Kanjeng Nabi, Emak,” kataku menghibur.
Satu tahun kemudian, Agustus 1999, aku dinyatakan diterima di Teknik Industri ITB. Karena telat mendaftar aku mendapat nomor urut terakhir 99. Seharusnya daya tampung Teknik Industri ada 100, tapi seorang tidak mendaftar. Seratus kurang satu. Miatun illa wahid. Asmaul Husna!
Mungkin aku berlebihan. Namun hati tidak bisa dibohongi. NIM cantik 13499099 selalu mengikatkan diri ke MAKIYAH.
Tak mau aku diperbudak rasa. Pada tahun 2002, MAKIYAH aku bubarkan. Sebagai obat rasa bersalah, aku memulai menulis Titik Ba.
Selalu aku berharap menghidupkan kembali MAKIYAH atau semacamnya. Sampai kemudian, 23 tahun sejak perintisan MAKIYAH, dengan rangkaian kejadian tak terduga akhirnya lahir Pesantren Ilmu Eksakta (PI.E).
Tepat ketika PI.E berusia tiga tahun datang seorang yang terinspirasi Titik Ba dan turunannya, yaitu Matematika Detik. Mengejutkan, tak terduga. Beliau membaca khatam dua buku itu dan menceritakan isinya secara utuh dan runut. Bismillah, semoga segera terwujud SMP Al Khowarizmi.
