Jumat, 5-12 Juni 2020. Ternyata sudah tepat tujuh hari, Kamal Syueb menjumpai ilahi.

Malam Jum’at lalu tidak biasanya saya pergi agak jauh tanpa membawa ponsel. Ke Slawi. Pulang, ramai kabar di WhatsApp dan Facebook.

Seharusnya pada Jum’at lalu. Tapi belum sempat, juga perasaan belum kuat. Mungkin saya terlalu perasa. Tapi di luar emak dan adik-adik saya, rasa kehilangan tidak pernah sebegitu kuatnya. Sehingga sore tadi baru bisa berjumpa orangtua almarhum, Bapak Hasan Syueb. Tepat pada saat tahlilan hari terakhir.

“Saya sempat lihat di Youtube. Terima kasih Mas Thoha. Semoga semakin banyak yang mendoakan Kamal.” Tidak terduga. Semoga video “Mengenang Kamal Syueb” dapat sedikit mengobati rindu yang tidak mungkin terobati. Setiap orangtua mengharapkan anaknya mengantar jenazahnya, bukan kebalikannya. Bukankah demikian?

Ide pembuatan video sangat spontan. Daripada dada terus sesak, lebih baik segera bergerak. Apalagi sosok Kamal Syueb layak dijadikan inspirasi. Kisah Kamal tidak boleh berakhir di makam. Dari sini muncul ide untuk memulai channel Youtube “Matematika Detik Official”.

Kami mohon izin menjenguk makam. Diantar paman almarhum, kami sampai pusara. Saya membacakan Yasin, doa dan al-Fatihah. Tidak tahu saya, apa yang dibaca anak saya. Mungkin qulhu. Makam semakin gelap sewaktu kami menjauhi makam.

“Kamal dan teman-temannya sempat bercita-cita membuat sebuah yayasan amal,” kenang Pak Hasan.

Lahul fatihah.

KAMAL SYUEB, TIDAK BERAKHIR DI MAKAM

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *