Karakter atau akhlaq adalah tentang kebiasaan. Hampir tidak mungkin seorang yang sepanjang hidupnya menjaga kejujuran mendadak berdusta tentang hal besar yang disaksikan banyak orang.

Waslam hidup dalam kesederhanaan sebagai buruh tani. Bahkan anaknya (Baeah) didorong ke Jakarta, menjadi pelayan warteg dan pembantu rumah tangga, supaya bisa makan lebih enak.

Kini Waslam dituduh sebagai maling oleh orang kaya dan berkuasa. Warga gempar tapi mereka tidak bisa berbuat apa-apa.

Si kaya sesumbar, bahwa kalau dirinya kalah oleh Waslam, maka…

Waslam, yang menurut emak memiliki perawakan mirip saya, tidak banyak berkata. Memang demikian pembawaannya. Tidak banyak bicara, lebih banyak berdzikir.

Hari demi hari yang sangat berat bagi seorang Waslam, bagi keluarganya. Mungkin lebih banyak yang percaya Waslam, tapi siapa yang berani membela?

Yang bisa dilakukan seorang Waslam hanyalah “tirakat”. Bermunajat, bermunajat dan bermunajat. Sesuatu yang biasa dia lakukan, hanya kali ini semakin intens dan spesifik. Harapannya satu, agar Allahu ta’ala membongkar siapa yang berbohong dan siapa yang zholim dalam kasusnya yang tersebar luas itu.

Di luar dugaan, tidak lama kemudian DI/TII muncul. Si kaya menjadi korban keganasan gerombolan yang mengatasnamakan Islam itu. Warga mendengar dengan penuh ketakutan peristiwa gagas itu.

Itu masa lalu.

فَمَنْ حَاجَّكَ فِیهِ مِن بَعْدِ مَا جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ فَقُلْ تَعَالَوْا نَدْعُ أَبْنَاءَنَا وَ أَبْنَاءَكُمْ وَ نِسَاءَنَا وَ نِسَاءَكُمْ وَ أَنفُسَنَا وَ أَنفُسَكُمْ ثُمَّ نَبْتَهِلْ فَنَجْعَل‌لَّعْنَتَ اللَّـهِ عَلَی الْكَاذِبِینَ »
“Siapa yang membantahmu tentang hal itu sesudah datang ilmu (yang meyakinkan kamu), maka katakanlah (kepadanya): “Marilah kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, isteri-isteri kami dan isteri-isteri kamu, diri kami dan diri kamu; kemudian marilah kita bermubahalah kepada Allah dan kita minta supaya laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta.” (QS.3:61)

Semoga Allahu ta’ala mengampuni setiap orang yang beriman, pria maupun wanita.

SIAPA YANG BERBOHONG? (MUBAHALAH) BAGIAN KE-2

7 gagasan untuk “SIAPA YANG BERBOHONG? (MUBAHALAH) BAGIAN KE-2

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *