“Kelereng A 1 kg. Kelereng B 5 kg. Jika keduanya dijatuhkan pada ketinggian yang sama, katakanlah 100 meter, kelereng mana yang sampai ke tanah lebih dulu?”

Tidak mengejutkan, salah satu jawara fisika tertinggi di Kota Tegal ini sepakat dengan Aristoteles. Keliru menjawab, padahal dia sudah tahu rumus yang ditemukan Galileo h = 1/2 gt^2.

Itu hanya contoh. Ironi semacam itu berlimpah.

Tepat itulah yang menjadi perhatianĀ #MatematikaDetik: kejernihan nalar. Caranya, sebelum siswa belajar “pola pikir mekanistis” terlebih dulu siswa menguatkan “pola pikir manusiawi”.

Lebih konkret, kami berdiskusi bagaimana sebuah gagasan terbersit dan terumuskan. Bagaimana pentingnya terus membuat kesalahan yang tulus dan belajar dari semua itu. Memahami fisika penting tapi belajar berpikir melalui fisika itu lebih penting!

Eh, ngomong-ngomong, saya menuliskan tahun masa hidup setiap tokoh itu langsung dari ingatan. Sebagai cara menjaga kebugaran otak dan memahami keterkaitan pikiran di antara mereka.

Keterangan foto tidak tersedia.
SEKALI LAGI, KEJERNIHAN NALAR!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *