Ahmad Thoha

Blokir!

Berulangkali dia menyerang pribadi di media sosial. Berulangkali aku hapus, tapi semakin menjadi-jadi. Tidak tahu detail masalah, mengapa terus menyerang? Bismillah, blokir!

#TitikBa terlahir kembali pada Juli 2018, sebagai kado tak terduga seolah membawa pesan bagiku, bahwa “the life begins at forty”. Disebut tak terduga, karena inisiatif penerbitan datang dari mereka, yang sebelumnya sama sekali tidak aku kenal.

Namun, Titik Ba bukan satu-satunya kado. 20 April, aku “dipecat” (diberhentikan tidak atas kemauan sendiri) dari PNS.

Ketika kehidupan terasa gelap, mudah bagi sebongkah hati menjadi tidak terkendali. Apalagi pada saat itu banyak serangan verbal datang. Dari mereka yang mungkin merasa lebih bermoral, lebih cerdas atau lebih tahu. Mungkin pula karena lebih peduli.

Aku yakin, itu karena mereka peduli. Sehingga tidak pernah satu kali pun, aku mendoakan keburukan bagi mereka. Justru sebaliknya. Bukankah itu yang Kanjeng Nabi teladankan? Pada kami sendiri pasti banyak kesalahan, maafkan kami, sahabat.

Hanya satu orang saja yang terpaksa aku blokir. Kata-katanya terlalu menyakitkan. Apalagi bagi keluarga kecil maupun besar kami. Sambil berusaha memaafkan, aku tidak ingin membaca kalimatnya lagi.

Bulan berganti bulan. Cerita itu sudah terlupakan.

Melalui teman sekelas, dia menghubungi. Kabar buruk, keluarganya sedang tertimpa musibah berat. Spontan, aku berdoa untuk kebaikan mereka.

Setiap manusia adalah makhluk terpilih. Jika ada manusia tampak jahat, itu hanyalah topengnya. Wallahu a’lam.

Percayalah, bismillah, tidak ada dendam di hati ini. Hidup ini sangat singkat, mari kita saling mendoakan. Hal lain adalah masalah teknis.

Titik Ba: segalanya satu, utuh tak terbagi dan sejatinya tidak ada.

Gambar mungkin berisi: 1 orang, teks
MEMBACA MANUSIA

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *