Sesuai dengan judulnya, buku Matematika Detik ini memang tentang matematika. Namun, buku ini beda, yah saya sering membayangkan proses perumusan Matematika Detik ini sebagai kerja “Jurnalisme Perlahan”. Alhasil selama 10 tahun (2006 – 2016), saya meneliti ratusan kisah dan kasus,
Bisakah Penemu Matematika Detik Berhitung Cepat Seperti Yang Dikhutbahkan?
BISAKAH PENEMU MATEMATIKA DETIK BERHITUNG CEPAT SEPERTI YANG DIKHOTBAHKAN? Apakah keterampilan membaca angka secepat membaca kata adalah kemampuan elitis, dalam arti hanya mudah dikuasai oleh segelintir manusia? Sebelum menjawab, mari kita tengok ruang kelas di salah satu SD swasta di
Jujurlah Kawan, Diantara Kita Siapa Yang Sudah Gila??
JUJURLAH, KAWAN, DI ANTARA KITA SIAPA YANG SUDAH GILA? Sudah beberapa minggu saya bertapa. Di depan layar laptop, di tengah buku yang berserakan. Mungkin seandainya Gajah Mada atau Sunan Kalijaga hidup di zaman now, cara tapa mereka serupa. Entahlah. Waktu
Matematika Detik, Visi dan Misi Kabupaten Tegal
MATEMATIKA DETIK, VISI-MISI KABUPATEN TEGAL “Kapan-kapan jadi pembicara untuk alumni ya,” kata sekjen Ikatan Alumni Teknik Industri ITB. Tentu saja tawaran yang layak disambut antusias. Berbicara di depan mereka adalah kesempatan emas untuk #MatematikaDetik semakin go national. Ikatan Alumni ITB
Guru Ilegal???
GURU ILEGAL? “Anda mengajar punya sertifikat mengajar? Menjadi guru itu tidak sembarangan,” kata tamu yang kebetulan baru kenal.Tentu saja, saya tidak punya sertifikat mengajar. Kelemahan atau keunggulan, entahlah, yang jelas itu yang membuat perbedaan.
JABAT (JAKARTA-BANDUNG-TEGAL)
Sederhananya begini. Matematika Detik Level A “baca angka secepat baca kata” semoga bisa masuk ke kurikulum sekolah, mengikuti jejak jarimatika, menjadi muatan lokal. Jalur lain, menjadi panduan operasional gerakan berantas gagap hitung, mengikuti jejak gerakan berantas buta aksara.